Barcelona memastikan diri sebagai Juara Liga Champions
JAKARTA - FC Barcelona baru
saja mentasbihkan diri sebagai tim terbaik di ranah Eropa pada musim
kompetisi 2010/2011. Berikut ulasan lengkap perjalanan Lionel Messi dkk
dalam menyabet trofi Liga Champions untuk kali keempat sepanjang sejarah
Blaugrana.
Penyisihan GrupEl Barca
mengawali perjuangannya di Liga Champions musim dengan menempati Grup D
bersama, FC Kobenhavn (Denmark), Rubin Kazan (Rusia) wakil Yunani
Panatihinaikos. Menghadapi lawan-lawan yang di atas kertas bukan lawan
sepadan, Barca pun diprediksi bakal melaju mulus ke babak 16 besar.
Prediksi
tersebut nampaknya jitu, setelah di pertandingan pertamanya, Barca
berhasil mengecundangi Panathinaikos dengan skor telak 5-1 pada leg
pertama di Camp Nou (15/9/2010). Lionel Messi jadi inspirator Barca
lewat dua golnya pada menit 22 dan 44. David Villa (33’), Pedro
Rodriguez (78’) dan Dani Alves mempertegas dominasi Barca yang untuk
sementara memimpin klasemen Grup D.
Tampil superior di laga
pembuka, Barca diprediksi bakal kembali berpesta gol saat bertandang ke
markas Rubin Kazan di Tsentralnyi Stadion, (29/9/2010). Namun, hasilnya
justru tidak sesuai dugaan. Secara mengejutkan, Barca hanya mampu
membawa pulang satu angka setelah hanya mampu bermain imbang 1-1. Pedro
menjadi penyelamat Barca lewat golnya dari titik putih di menit 60,
setelah sebelumnya El Barca tertinggal 0-1 lewat gol penalti Christian
Noboa di menit 30.
Hasil ini praktis memaksa Barca lengser dari
singgasananya di puncak klasemen Grup D. Posisi Barca digusur Kobenhavn
yang sukses meraup dua kemenangan (dari Rubin Kazan dan Panathinaikos).
Melakoni laga ketiga kontra Kobenhavn di Camp Nou (21/10/2010), Barca
sukses mengambil kembali tampuk pimpinan klasemen setelah menang 2-0
lewat dwigol Messi di menit 19 dan 90.
Memasuki putaran kedua
fase grup, Barca gantian melawat ke markas Kobenhavn di Parken Stadium
(3/11/2010). Messi kembali beraksi dengan mengantar Barca membuka
keunggulan di menit ke-31. Sayang, kemenangan tersebut harus buyar
menyusul gol balasan Kobenhavn yang dicetak Claudemier, dua menit
berselang. Hasil imbang 1-1 bertahan hingga akhir laga.
Hasil ini
memang tidak menggoyahkan Barca di puncak klasemen Grup D dengan
delapan poin, atau unggul satu angka dari Kobenhavn di tempat kedua.
Sayang, torehan ini belum memastikan langkah Barca ke fase knock out.
Kepastian
lolos ke babak 16 besar baru didapat pada laga keenam, saat bertandang
ke markas Panathinaikos (25/11/2010). Dwigol Pedro (27’ & 69’) dan
Messi (62’) tak mampu dibalas Panathinaikos yang dipastikan tersingkir.
Kemenangan ini pun memastikan Barca lolos dengan status juara grup,
sebab di pertandingan lain, pesaing terdekatnya Kobenhavn kalah dari
Rubin Kazan.
Di partai terakhir fase grup yang tidak lagi
menentukan, pelatih Pep Guardiola menurunkan tim lapis keduanya untuk
menjamu Rubin Kazan di Camp Nou (8/12/2010). Meski tidak dengan skuad
terbaik, El Barca tetap mampu tampil perkasa dan menggasak Rubin dengan
skor 2-0. Dua gol Barca dicetak dua pemain mudanya Andreu Fontàs (51’)
dan Víctor Vázquez (82’).
Secara total, Barca tampil cukup
perkasa di fase grup dengan meraih empat kemenangan dan dua kali imbang,
tanpa sekalipun menelan kekalahan. Dari enam laga, Barca mampu
melesakkan 14 gol dan hanya kemasukan tiga gol.
Babak 16 BesarDi
fase knock out, ujian besar baru menghadang Barca saat hasil undian
mempertemukan mereka dengan wakil Inggris Arsenal. Hasil undian ini pun
kembali mengingatkan Barca akan duel kontra The Gunners, setahun
sebelumnya, di mana pada saat itu Barca sukses menyingkirkan skuad
besutan Arsene Wenger.
Melakoni laga tandang di pertemuan
pertama, Barca dipaksa bertekuk lutut 1-2 oleh The Gunners di Emirates
Stadium. Sempat unggul lebih dulu melalui David Villa di menit ke-26,
Barca harus menerima kekalahan usai Arsenal membalas melaui gol Robin
van Persie (78’) dan Andrey Arshavin (83’).
Kekalahan di leg
pertama memaksa Barca harus menang demi bisa melaju ke perempatfinal.
Tampil di Camp Nou, Barca membuka keunggulan melalui Messi di akhir
babak pertama. Namun, kegembiraan Barca hanya sesaat, pasalnya di awal
babak kedua, Arsenal bisa menyamakan kedudukan (1-1) lewat gol bunuh
diri Sergio Busquets yang salah mengantisipasi bola sepak pojok.
Pertandingan
sempat ternoda dengan keputusan kontroversi wasit Massimo Busacca yang
mengkartu-merah (dua kartu kuning) Robin van Persie di menit 56. Striker
asal Belanda dianggap melakukan tindakan tidak sportif dengan terus
menendang bola, meski Busacca telah meniup peluit tanda offside.
Keputusan
ini pun sempat mendapat protes keras dari Van Persie karena dia mengaku
tidak mendengar bunyi peluit karena situasi stadion yang ramai sorakan
fans. Terlepas dari protes tersebut, Arsenal yang bermain dengan 10
pemain, tak bisa berbuat banyak meladeni permainan Barca. Hasilnya,
Blaugrana sukses mencetak dua gol tambahan yang masing-masing dicetak
Xavi (69’) dan gol kedua Messi melalui titik putih (71’).
Dengan
keunggulan agregat 4-3, Barca pun berhak melanjutkan perjuangannya ke
fase perempatfinal menghadapi tim kuda hitam asal Ukraina, Shakhtar
Donetsk. Sayang, kegemilangan Shakhtar yang menyingkirkan AS Roma di
babak 16 besar, tidak berlanjut saat menghadapi Barca.
Babak PerempatfinalBertandang
ke markas Barca di pertemuan pertama, Shakhtar digerus 5-1 lewat
gol-gol dari Andres Iniesta (2’), Dani Alves (34’) Gerard Pique (53’),
Seydou Keita (61’) dan Xavi di menit ke-86. Mengusung misi mustahil,
yakni mengalahkan Barca 4-0 di leg kedua, Shakhtar justru tampil penuh
beban di hadapan pendukung sendiri dan akhirnya menyerah 0-1. Gol
tunggal kemenangan Barca (aggregate 6-1) dicetak Messi di menit ke-43.
Babak SemifinalMelaju
ke semifinal, laga yang paling ditunggul publik dunia akhirnya
teralisir di mana Barca harus berhadapan dengan seteru abadinya Real
Madrid. Duel ini juga kian menarik, karena kedua tim harus bentrok lima
kali sepanjang musim (dua di liga, satu di final Copa del Rey dan dua
bentrok di semifinal Champions).
Melakoni leg pertama di Santiago
Bernabeu, Barca datang dengan modal dendam setelah dikalahkan El Real
di final Copa del Rey. Selayaknya partai derby, duel kedua tim terbaik
di Spanyol ini pun langsung panas sejak awal. Tak ayal, wasit pun harus
sering meniup peluit tanda pelanggaran. Masing-masing pemain dari kedua
kubu juga kerap terlibat kontak fisik.
Setelah bermain kacamata
di babak pertama, petaka bagi Madrid datang di menit ke-61. Bek tangguh
Pepe yang diplot bermain sebagai gelandang, mendapat kartu merah
langsung dari wasit karena aksi berbahayanya terhadap Javier Mascherano.
Kartu merah ini pun menambah derita Madrid yang di tiga pertemuan
sebelumnya juga harus selalu bermain dengan sepuluh pemain, plus tanpa
dampingan Mourinho yang juga di usir wasit karena dituding mengejek
keputusan wasit.
Kalah jumlah pemain, Barca kian leluasa
membongkar pertahanan El Real. Puncaknya, Lionel Messi memborong dua gol
kemenangan Barca di menit 76 dan 86. Kemenangan 2-0 yang dipetik Barca
kali ini menyisakan kekecewaan di kubu Madrid yang mengecam habis
kepemimpinan wasit.
Bahkan, dalam satu kesempatan Jose Mourinhho
menuding ada konspirasi yang melibatkan UEFA untuk membantu Barca.
Selain itu, kubu Madrid juga menuding para pemain Barca terlalu sering
berakting cedera atau jatuh untuk mengelabui wasit. Tak sampai disitu,
mereka juga menuding Sergio Busquets telah melakukan tindakan rasis
kepada Marcelo dengan mengatakan “monyet.”
Pengantar leg kedua di
Camp Nou, dua pekan berselang, ramai dengan perang statement kedua
belah pihak. Kubu Madrid sempat mengajukan tuntutan kepada UEFA terkait
ketidakadilan yang mereka terima di leg pertama. Sayang, tuntutan El
Real tidak digubris UEFA. Bahkan, Mourinho yang menuding adanya
konspirasi harus menerima pil pahit tidak bisa mendampingi anak asuhnya
di leg kedua.
Tanpa Mou di sisi lapangan, Madrid mengubah total
gaya permainannya yang sebelumnya selalu mengandalkan serangan balik,
menjadi menyerang demi mengejar defisit dua gol. Alhasil, jalannya
pertandingan pun sedikit lebih menarik, di mana kedua kubu kerap
terlibat saling serang. Nilai plus tambahan, duel leg kedua ini juga
tidak diwarnai insiden kartu merah, khususnya untuk pemain Madrid.
Bermain
terbuka, Barca mampu unggul lebih dulu lewat Pedro di menit ke-54.
Namun, Madrid tak tinggal diam dan membalas melalui Marcelo di menit 64.
Namun, sial bagi Madrid, mereka tak mampu menambah gol hingga laga
usai. Walhasil, armada Los Galacticos pun harus merelakan tiket final
digenggam seteru abadinya itu dengan skor agregat (3-1) untuk Barca.
Babak FinalTampil
di final, Barca yang datang dengan modal meraih gelar juara La Liga,
mendapat ujian terberat dari raksasa Inggris Manchester United yang juga
berstatus kampiun Premier League. Duel ini juga merupakan ulangan laga
final dua tahun lalu (2009) di mana Skuad The Red Devils harus menyerah
2-0 di Olimpico Roma.
Mengambil tempat di Wembley (29/5/2011)
dini hari WIB. United diprediksi bakal mampu membalaskan dendamnya
karena tampil di kampung halamannya, Inggris. Namun, kenyataan yang
terjadi di lapangan justru tidak sesuai harapan. Barca yang tampil
superior, justru mampu mencetak gol lebih dulu lewat Pedro Rodriguez di
menit ke-27.
United sempat membuka asa melalui Wayne Rooney yang
mencetak gol balasan tujuh menit kemudian untuk menutup babak pertama
dengan skor 1-1. Namun, dominasi Barca kian tak terbantahkan di babak
kedua. Lionel Messi kembali membawa Barca unggul 2-1 di menit ke-54,
sebelum akhirnya David Villa memastikan kemenangan 3-1 Los Blaugrana di
menit ke-69.
Selain sukses mengulang sukses dua tahun lalu,
kemenangan kali ini juga membuat Barca meraih gelar keempatnya,
mengungguli United. Sementara bagi Guardiola, kemenangan di Wembley
mengingatkan kembali akan kesuksesannya saat masih tampil sebagai pilar
Barca yang merebut trofi Eropa pertamanya di tempat sama pada 1992, usai
mengalahkan Sampdoria.
Kesuksesan tahun ini juga menjadi momen
yang spesial buat Messi. Selain terpilih sebagai man of the matchm,
bocah ajaib Barcelona ini juga sukses memastikan diri sebagai topskor
dengan 12 gol, menyamai rekor gol Ruud van Nistelrooy. The Messiah juga
terpilih sebagai pemain terbaik sepanjang turnamen. Visca El Barca!